Menjadi Ibu Waras




Kali ini saya mau membahas sedikit mengenai ‘Ibu Waras’. Kenapa saya angkat tema ini ? Karena belakangan ini banyak kasus ibu yang membunuh anaknya. Apakah kita pantas menghakimi ibu tersebut ? Apakah kita pantas menyalahkan ibu tersebut ? Apakah kita tahu latar belakang yang terjadi pada ibu tersebut ? Apakah kita tahu bagaimana gejolak perasaan ibu tersebut ? Kita tak pernah tahu dan kita tak berhak untuk menghakimi. Walaupun apa yang ibu lakukan tersebut tidak dapat ditolerin.

Banyak ibu diluar sana yang mencoba tegar menjalani hari-hari nya. Mencoba ikhlas terhadap apa yang dia terima. Seperti seorang wanita yang dulu adalah wanita karir, demi anak dan suami dia rela melepas itu semua. Wanita yang biasa pegang uang sendiri. Tak pernah meminta hak kepada suaminya. Karena dia merasa dia tak perlu melakukan itu apa yang suami dia berikan akan dia terima. Walaupun itu adalah hak nya. Seorang istri kadang harus lelah melakukan segala kewajibannya. Dari membuka mata sampai ia menutup mata kembali. Katanya jadi ibu rumah tangga itu enak. Seharian di rumah, bisa santai, bisa tidur. Padahal kenyataannya tak seperti itu. Banyak yang harus dikerjakan yang terkadang satu hari pun belum tentu selesai. Seharusnya banyak hak yang dia terima dari seorang suami. Hak pangan, sandang, dan papan. Yang terkadang hak-hak ini tak pernah disadari oleh suami. Dan istri hanya diam sambil mencoba ikhlas. Terkadang ini dapat menjadi salah satu masalah dalam keluarga yang suami pun belum tentu tahu apalagi orang lain. Terlalu lama dipendam hingga akhirnya hati terasa penuh dengan gejolak rasa dan meledak ditempat yang salah.

Untuk seorang ibu pekerja, dia yang bukan hanya punya tanggung jawab dirumah tapi tanggung jawab juga di kantor. Dua tanggung jawab yang tidak mudah untuk diemban. Bangun pagi harus memikirkan semua keperluan anak dan suami terpenuhi tanpa kurang suatu apa pun. Pergi ke kantor harus menerima setiap amanah dan tugas yang harus diselesaikan. Pulang kerumah harus menerima kembali pekerjaan yang entah kapan selesainya. Namun tetap berusaha kuat demi orang tercinta. Saat lelah seperti ini istri hanya meminta adanya bahu suami yang siap mendengarkan keluh kesahnya lelahnya seharian ini. Teman hidup yang harusnya jadi tempat berbagi. Tapi terkang suami terlalu cuek. Sehingga untuk memperhatikan istri pun tidak sempat, lelah berbicara katanya. Tapi masih punya banyak waktu untuk menjenguk game permainan favorit barang sebentar. Ini pemicu masalah yang belakangan ini sering terjadi. Please para suami terkadang kami hanya perlu telingamu untuk mendengarkan keluh kesah kami. Tak pernah menuntut waktu lama. Barang sebentar 15 menit sebelum tidur, itu hanya setengah waktu dari aktivitas menjenguk game mu.


Saat menikah lebih baik bisa berdiri sendiri, punya tempat tinggal sendiri, mengatur segala sesuatunya sendiri. Menjadi wanita yang harus tinggal bersama mertua apalagi ada orang lain sampai keluarga besar didalam suatu rumah itu tidak mudah. Belum lagi dengar komentar para mertua, para paman, para bibi, para adik ipar, kakak ipar. Mungkin mereka semua tidak pernah berbicara didepanmu tapi langsung didepan istrimu. Banyak ibu yang baru melahirkan stres, baby blues hanya karena omongan orang sekitar saja. Para suami tak pernah tahu bagaimana perasaan istri. Seorang wanita itu adalah pembohong yang handal. Dia bisa menyembunyikan raut wajahya. Sebenarnya dia mau menagis, mau berteriak, mau mengeluh. Tapi apa daya dia hanya wanita yang menunggu keputusan suami yang harusnya bisa tegas. Dia sembunyikan perasaannya dibalik raut wajah senyumnya. Para suami bertanyalah sesekali perasaan istri mu. Mungkin ada yang ingin ia sampaikan tapi dia takut menyinggung perasaan mu.


Terkadang hanya karena masalah-masalah kecil ini seorang ibu melampiaskan kepada anak. Apalagi terkadang para mertua para oaang tua yang hanya berkomentar anak nya begini begitu. Padahal yang lebih tahu si anak adalah ibu. Ibu yang paham keadaan anak. Ibu juga tidak akan menjerumuskan anak. Ibu selalu ingin yang terbaik untuk anak. Tapi mereka tak pernah tahu apa-apa hanya berkomentar sekali apa yang mereka lihat saja. Para suami, kami mencintaimu begitu dalam. Berdirilah disamping kami, rangkul kami, dengarkan kami. Agar kami bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak kami. Menjadi ibu hebat untuk anak-anak kami. Berikan waktumu sebentar mungkin hanya cukup 15 menit untuk memeluk kami atau sekedar mencium kening kami. Agar kami bisa menghilangkan rasa lelah seharian kami. Kalian tekdang bisa memberikan waktu berjam-jam hanya untuk main game atau menonton youtube. Kenapa tak bisa memberikan waktu hanya 15 menit untuk mendengarkan kami atau sekedar memeluk kami. Kami perlu dukungan perhatian. Bukan ikut memojokkan kami, apalagi sampai menyalahkan kami. Jangan pernah menuntut anak mu bahagia kalau kalian para suami tak pernah membuat istri kalian bahagia.

Komentar