Memahami Permainan Anak Usia Bayi, Todler, & Prasekolah (Aneka Stimulasi & Antisipatory Guidance)


Masa-masa #dirumahaja yang menjadi slogan preventif penanggulangan COVID 19 membuat kita harus banyak menghabiskan waktu di rumah. Saya memikirkan banyak ide untuk aktifitas bermain si kecil. Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi apa yang telah saya pelajari dalam kelas KulWhapp Komunitas Semai Ilmu oleh Ummu Maryam (Nurul Huda Zaen). Mari belajar bersama. 

Makna Bermain

Banyak teori tentang bermain serta definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Mulai dari Elisabeth Horlock, Joan Freeman, dan lainnya. Menurut Elisabeth Horlock bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. Sementara itu menurut Joan Freeman bermain adalah suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh baik segi fisik, moral, intelektual, sosial dan emosional. Bermain juga memiliki manfaat bagi perkembangan anak, baik aspek fisik, motorik, sosial, emosi, kognisi, ketajaman pengindraan, dan pengembangan ketrampilan olah raga dan menari (Mahliatussikah, 2013). Maka garis besarnya bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan, dan menghibur serta memiliki tujuan bisa hiburan itu sendiri, atau tujuan edukasi.

 

Prinsip Bermain

Prinsip hal yang menjadi rule dalam bermain yang tidak dapat ditinggalkan. Terdapat beberapa prinsip dalam bermain, yaitu :

1.       Menyenangkan

Apapun itu permainan tujuan awalnya adalah menyenangkan. Memang ada permainan yang tidak menyenangkan? Banyak! Mainan dengan penuh tekanan, apa-apa dilarang, apa-apa di marah- marah, bedakan marah dengan marah-marah. Sehingga anak bisa menempatkan kapan kalimat atau perintah perlu penekanan serius, kapan kalimat atau perintah masih bisa ditolerir. Jika marah- marah semuanya sama bagi anak menyeramkan. Jadi bingung, ini mainan atau ajang marah- marah?

2.       Tidak melalaikan dan tidak berlebihan

Ini prinsip penting. Rumusnya, kalau sudah bermain berlebihan setelah itu ada drama. Naudzubillah kalau dramanya sampai berdarah-darah, missal mainan kayu, atau benda yang melukai tidak sengaja. Maka, stop permainan jika sudah berlebihan dan melalaikan. Tentunya dengan komunikasi yang baik.

3.       Bermanfaat (mengandung nilai reflektif, atau hikmah bagi anak)

Kita bisa memilih apakah hanya bersenang-senang saja tanpa mendidik, atau kita bersenang- senang sekaligus mendidik. Jika bersenang-senang saja tanpa mendidik maka anak kita akan tetap seperti itu saja (tidak belajar nilai, maksud, dan makna), jika bersenang-senang sekaligus mendidik kita mendapatkan dua hal sekaligus, kesenangan dan nilai baru yang difahami anak.

4.       Sesuai syari’at (semisal berikan mainan laki-laki untuk laki-laki, pula sebaliknya, mainan perempuan untuk perempuan)

Repot, main saja banyak aturannya? Begitukah? Iya memang, untuk hidup saja kita repot, butuh keberanian untuk hidup dalam kebaikan.

 

Fungsi Bermain

1.       Perkembangan sosialisasi dan moral

Bermain mengajarkan adab, juga membangun interaksi sosial. Jika terdapat konflik dalam bermain itu kebutuhan anak kita mencapai target permainan. Semisal tatkala dia belajar tengkurap begitu berkeringat, menangis karena tidak bisa membalikkan badan itu bagian yang harus dia alami. Setelah tahap itu dia kuasai dia akan mencapai tahapan lainnya. Semisal pula tatkala anak kita berantem dalam permainan dengan teman, itu bagian dari pembelajaran untuk mencari akar permasalahan. Dan solusi keadilan adalah kebutuhannya meski anak kita yang melakukan kesalahan itu sendiri.

2.       Perkembangan sensorimotor

Anak kita memerlukan eksplorasi alam, ini pembelajaran penting sebelum ia mengenal siapa penciptanya. Bermain juga dapat mengembangkan ketajaman indera, melatih motorik halus dan motorik kasar. Di Jepang setiap paginya anak-anak mendapat jam olahraga terlebih dahulu barulah belajar di kelas. Kita tahu energi anak kita begitu banyak, dan bermain dapat menyalurkannya.

3.       Perkembangan intelektual

Melatih berbahasa dan logika bisa kita dapatkan dengan bermain. Pengalaman menyenangkan saat bermain dan belajar akan turut menjadi memori yang sangat khas bagi anak kita.

4.       Kreativitas

Bermain berfungsi sebagai kreativitas, sebab dengan bermain anak kita dapat menyalurkan ide, minat, ekspresi. Memungkinkan berfikir kritis dan mengembangkan minatnya.


5.       Kesadaran diri

Bermain mengajarkan identitas diri anak kita. Dia akan membentuk pola sedikit demi sedikit atas konflik yang terjadi padanya dan terbentuklah adab yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Dia akan merasa ternasihati dan memberikan nasihat yang baik kepada temannya. Betapa lucunya anak kita bahkan ketika menegur kita saat lalai.

6.       Nilai terapeutik

Bermain juga menenangkan, menghilangkan penat dan stress. Memberikan ruang komunikasi dengan atmosfer yang berbeda pada anak.

 

 

Permainan Usia Bayi (1-12 bulan)

 

Aktivitas Yang Dianjurkan

Stimulasi Visual

Stimulasi Auditorius

Stimulasi Taktil

Stimulasi Kinetik

Lihat dan tataplah bayi.

Tidurkan di ruangan yang cerah. Kecuali malam hari (mematikan lampu). Ajarkan ciluk ba. Ekspresikan wajah senyum, lucu, senang.

Bicara dan berceritalah

dengan bayi. Meremas plastik atau kertas di telinga bayi. Memanggil nama                     bayi.

Menyebutkan bagian tubuh. Membaca cerita. Bertepuk tangan.

Gendong, belai, dan

peluk bayi. Mencebur dalam bak saat mandi. Ajarkan berenang di bak. Biarkan bayi bermain berbagai kain dengan tekstur yang berbeda. Biarkan bayi merasakan objek dingin (es batu).

Tempatkan mainan di

luar jangkauan supaya bayi, dorong bayi untuk mengambilnya.

Tempatkan bayi di lantai dengan alas untuk merangkak, berguling, duduk. (tummy time). Berikan mainan besar yang dapat di dorong

dan di tarik.

Mainan Yang Dianjurkan

Stimulasi Visual

Stimulasi Auditorius

Stimulasi Taktil

Stimulasi Kinetik

Cermin anti pecah

Bola besar

Gambar hitam putih Blok berwarna

Rattle (Mainan yang

berbunyi, misal : hafizh doll, lonceng angin, kotak musik, boneka berdecit atau apapun yang bisa digenggam maupun di gantung).

Mainan lunak (mobil-

mobilan lunak, atau sophie giraffe Prancis). Selimut dan Pakaian Halus. Teether. Baby book. Mainan yang dapat di remas.

Ayunan

Mainan yang dapat di dorong dan di tarik.


Permainan Usia Todler (1-4 tahun)

 

Aktivitas Yang Dianjurkan

Perkembangan Fisik

Perkembangan Sosial

Perkembangan Mental dan

Kreativitas

Beri ruang untuk mendorong

latihan fisik. (bermain bola bersama, menangkap bola, berlari)

Anak mulai meniru pada masa

ini (imitative). Kita mulai menjaga sikap dan perkataan. Berikan ruang bagi anak untuk membantu meskipun dia akan melakukan kesalahan jangan terburu untuk marah karena itu akan menyakitinya dan membuat dia menjadi pribadi yang abai (tidak mau membantu). Biarkan anak           bermain            yang melampiaskan ekspresi, seperti

mencorat-coret misalnya.

Pada masa ini mulai ajarkan anak

bersabar, jika berbagi mainan, bersabar tatkala marah karena belum bisa menggunakan mainan dengan baik, bersabar terhadap banyak hal. Berikan permainan air pada anak. Bacakan cerita lebih banyak sesuai minat anak.

Mainan Yang Dianjurkan

Perkembangan Fisik

Perkembangan Sosial

Perkembangan Mental dan

Kreativitas

Mainan yang dapat dikendarai.

Mainan yang dapat di dorong dan di tarik.

Kuda-kudaan goyang.

Mini bike (sepeda-sepedaan), baby balance bike, sepeda seimbang.

Mainan rumah tangga (masak-

masakan, dokter-dokteran), telefon mainan, wayang- wayangan, atau boneka- bonekaan. Memelihara binatang (semisal ikan, kura-kura, atau yang lainnya, yang mudah dan

aman)

Puzzle kayu, manik-manik besar

bertali, balok, crayon tebal, buku berwarna untuk menulis atau corat-coret.


Permainan Usia Prasekolah (4-6 tahun)

 

Aktivitas Yang Dianjurkan

Perkembangan Fisik

Perkembangan Sosial

Perkembangan Mental dan

Kreativitas

Ajarkan anak untuk berenang.

Ajarkan pula olahraga ringan. Berkuda, dan lainnya.

Perbanyak anak bersosialisasi

dan ajarkan anak adab bersosialisasi. Supervisi namun bukan dominasi pada interaksi anak.

Pada   masa   ini   anak    mulai

mengerti mana yang baik dan mana            yang            buruk. Komunikasikan dengan tepat dan proposional supaya anak memahami baik dan buruk perilaku. Dan terus-menerus dilakukan komunikasi tersebut. Melakukan eksplorasi alam pantai, taman, sungai, dan lainnya. Kenalkan padanya siapa pencipta    alam    semesta  dan

penciptanya.

Mainan Yang Dianjurkan

Perkembangan Fisik

Perkembangan Sosial

Perkembangan Mental dan

Kreativitas

Tali karet (lompat tali), papan

jungkat-jungkit, perosotan tinggi, kereta sorong, sepatu roda, sepeda roda tiga.

Peralatan memasak, peralatan

menjadi dokter, peralatan pertukangan (bisa sekreatif mungkin di buat sendiri/beli), boneka, rumah kardus, dll. Games dengan tim (teman).

Buku,  puzzle,  permainan dari

gambar, adonan play dough, rekaman, magnet, kaca pembesar, crayon, dll. Anak bisa mulai diajarkan memelihara binatang ternak atau binatang peliharaan   yang   lebih besar.

Semisal kucing, atau ayam.

 

Panduan Antisipatif

1.        Pemilihan

Pilihlah mainan yang sesuai dengan minat anak. Pada usia bayi, toddler dan semua anak yang masih memasukkan mainan ke mulut hindari mainan yang kecil yang dapat membuat tersedak. Untuk anak di bawah 8 tahun hindari mainan listrik. Untuk anak di bawah 5 tahun hindari mainan panahan. Periksa label keamanan mainan (tidak beracun). Pilih mainan yang tahan lama.

Perhatikan sisi-sisi mainan yang tajam. Hindari mainan yang membuat kebisingan dan dapat merusak pendengaran. Jika memilih mainan panahan belikan uang ujungnya tumpul.

2.        Pengawasan

Pertahankan lingkungan bermain yang aman (singkirkan saluran listrik, air yang menggenang, benda yang dapat menggelincirkan, dll). Ajark an sedari toddler aturan bermain. Supervisi saat anak bermain bukan bermakna dominasi dan pembatasan yang berlebihan. Ajarkan anak pada usia prasekolah keamanan saat bermain (listrik, pisau, jarum, gunting).

3.        Pemeliharaan

Inspeksi mainan secara teratur. Lakukan perbaikan sesegera mungkin pada mainan yang rusak namun masih gemar untuk dimainkan.

4.        Penyimpanan

Berikan tempat yang aman untuk menyimpan mainan. Ajarkan anak-anak bertanggung jawab mulai merapikan mainannya sedari usia toddler.

 

Catatan Orang Tua

Usia bayi, toddler, hingga prasekolah mainan terbaiknya adalah “orang tua”. Interaksi dengan orang tua lebih baik dari mainan manapun, itu tetap menjadi kebutuhan utama. Dan tidak semua mainan yang dijelaskan harus di beli, Bunda. Banyak hal yang bisa kita kreasikan, main tidak dilihat mahal atau murahnya, namun prinsip bermainnya. Sehingga, botol minum didapur pun, atau apapun di rumah siap berantakan untuk mainan itu tidak masalah, eh, masalah juga sih. Beres-beres yah.

Menjadi orang tua itu butuh usaha keras. Mungkin secara biologis kita telah menjadi orang tua (memiliki anak), namun apakah pula secara psikologis, mental atau dimensi jiwa kita telah menjadi orang tua? Kita perlu benar-benar serius belajar tahu apa yang diinginkan anak kita, bagaimanapun kita bisa belajar melalui kemauan mereka. Hingga muncul kesepakatan bersama yang indah dan baik antara orang tua dan anak. Mari berbahagia menjadi orang tua, orang tua yang berusaha bersungguh-sungguh.


Komentar